Kejadian itu disebut juga phantom vibration. Sederhananya, kejadian tersebut disebabkan karena otak salah menerima respon dari saraf kita.
Jika kamu terbiasa mengantongi ponsel di saku celana kamu, saraf di sekitar tempat kamu biasa meletakkan ponsel itu lama-kelamaan akan bisa mengenali keadaan apakah ponsel tersebut bergetar ataukah ponsel tersebut tidak bergetar. Rangsangan dari saraf tersebut kemudian diterima dan diterjemahkan oleh otak sebagai suatu kondisi antara 'ponsel bergetar' atau 'ponsel tidak bergetar'.
Nah, tetapi bisa saja otak kita salah menerjemahkan rangsangan tersebut. Otak bisa saja menerjemahkan rangsangan saraf sebagai kondisi 'ponsel bergetar' padahal sebenarnya tidak, dan demikian pula sebaliknya. Saat itulah kita merasa ponsel kita seolah bergetar padahal sesungguhnya tidak.
Lantas, apakah hal ini wajar? Sebenarnya hal ini wajar saja. Hal ini mirip dengan yang dirasakan oleh ibu yang baru melahirkan, di mana mereka sering masih merasa gerakan bayi di perut mereka.
Tetapi, beberapa ahli juga mengatakan bahwa hal ini terkait dengan kebiasaan manusia sekarang yang tidak bisa lepas dari gadget. Jika seseorang sudah sangat sering merasakan phantom vibration ini, diduga bahwa orang tersebut sangat mengkhawatirkan atau mengharapkan adanya telepon, SMS, atau pesan instan masuk ke ponsel mereka. Artinya, orang tersebut hampir tidak bisa lepas darigadget.
Kalau kamu sering merasakan gejala phantom vibration, tidak ada salahnya kalau meluangkan sejenak waktu untuk lepas dari gadget.
Sumber :
sains
sains